Perang di Asia Selatan: Antara Teror, Balas Dendam, dan Bayang-Bayang Nuklir

tentaraOked
India Vs Pakistan
India Vs Pakistan

New Delhi – Islamabad – Kashmir—Dalam empat hari yang mengguncang Asia Selatan, lebih dari 2.000 nyawa warga sipil India terenggut oleh rangkaian serangan terkoordinasi. Namun siapa yang benar-benar berada di balik tragedi ini? Dan siapa yang paling diuntungkan dari perang yang kini mengancam seluruh kawasan?

Hari-Hari Paling Berdarah Pasca Pemisahan India-Pakistan—-Ledakan pertama mengguncang Stasiun Kereta Chhatrapati Shivaji di Mumbai, diikuti rentetan tembakan di pasar terbuka Delhi dan serangan mortir di Srinagar. Dalam waktu kurang dari 96 jam, jaringan serangan ini membunuh lebih dari dua ribu warga sipil, kebanyakan dari mereka tidak bersenjata—pelajar, penjual makanan, dan ibu rumah tangga. Pemerintah India segera menuding kelompok militan proksi berbasis di Pakistan sebagai dalang utama. Tapi muncul satu pertanyaan krusial yang hingga kini belum dijawab: Bagaimana bisa serangan terkoordinasi dengan skala sebesar ini lolos dari radar intelijen India dan internasional?

Sumber internal di RAW (Research and Analysis Wing), badan intelijen India, menyebut adanya “kegagalan pengawasan total” selama beberapa minggu terakhir, terutama di wilayah sensitif Kashmir dan Punjab. Bahkan salah satu laporan intelijen yang sempat dikubur oleh birokrasi, memperingatkan akan adanya “potensi operasi lintas batas menjelang akhir April.”

Operasi Shakti 2025: Serangan atau Simulasi Politik?—-Jawaban India datang cepat dan brutal. Jet-jet tempur Sukhoi dan Mirage menghitamkan langit Line of Control (LoC), menandai dimulainya Operasi Shakti 2025—sebuah ofensif militer penuh yang ditargetkan untuk menghancurkan basis pelatihan militan di wilayah Pakistan. Tapi sejumlah analis militer mempertanyakan kecepatan reaksi ini.

“Serangan ini tampak seperti sudah dipersiapkan jauh sebelum insiden terjadi,” ungkap Letnan Jenderal (Purn.) Arvind Saxena “. “Apakah India hanya merespons, atau ini bagian dari agenda politik yang telah lama dirancang untuk mengekspansi konflik demi tujuan domestik?”

Sementara itu, pemerintah Pakistan menuduh India memanipulasi narasi untuk menjustifikasi agresi terhadap wilayah yang disengketakan. “Mereka tidak sedang melawan teror. Mereka sedang mencari alasan untuk menyerang,” ujar Menteri Luar Negeri Pakistan dalam konferensi pers di Islamabad.

Media, Propaganda, dan Perang Persepsi—Di medan digital, perang lain sedang berlangsung. Ribuan video kematian, tayangan emosional keluarga korban, dan propaganda balas dendam tersebar viral dalam hitungan jam. Sumber-sumber tak resmi melacak peningkatan masif aktivitas bot farm dari kedua negara yang menyebarkan kebencian sektarian dan nasionalisme ekstrem.

Ini bukan hanya perang senjata. Ini adalah perang narasi. Dan bagi sebagian kalangan, serangan-serangan ini mengingatkan pada pola serangan Hamas terhadap Israel tahun 2023: gerilya urban, teror sipil, dan balasan penuh skala militer.

Kashmir: Gaza Asia Selatan?—-“Kita sedang menyaksikan reinkarnasi Gaza di pegunungan Himalaya,” ungkap Meera Kulkarni, analis geopolitik Universitas Jawaharlal Nehru. “Konflik ini tidak lagi soal batas wilayah. Ini tentang eksistensi ideologi nasional—Hindutva versus Islamisme politik.”

India menyebut wilayah Kashmir telah menjadi tempat tumbuhnya “terorisme terselubung” yang ditopang logistik asing, termasuk dugaan dukungan finansial dari organisasi transnasional. Namun hingga kini, belum ada bukti konklusif yang dipublikasikan secara transparan oleh pemerintah.

Korban Sipil: Luka yang Tak Pernah Diakui—-di balik retorika militer dan nasionalisme, ribuan warga sipil kembali menjadi tumbal. Di Amritsar, Anita Sharma, seorang ibu dua anak, menangis pilu di tenda pengungsian: “Kami bukan tentara. Kami cuma warga biasa. Tapi kami yang mati duluan.”

Laporan dari Palang Merah menyebutkan kekurangan obat-obatan, pemutusan listrik, dan kelaparan mulai menghantui daerah konflik. Banyak desa di Punjab dan Jammu-Kashmir kini menjadi kota hantu. Dan yang paling mengerikan: ribuan anak hilang tanpa kabar.

Siapa yang Diuntungkan?—-Pertanyaan yang paling jarang ditanyakan dalam setiap konflik berdarah adalah: Siapa yang diuntungkan? Dengan meningkatnya dukungan nasionalis di dalam negeri, pemerintahan India dan Pakistan sama-sama mendapatkan momentum politik. Isu-isu domestik seperti krisis ekonomi, korupsi, dan pemilu tertunda tiba-tiba tenggelam dalam gelombang patriotisme massal.

Namun dengan dua negara bersenjata nuklir yang kini berada di ambang konfrontasi penuh, komunitas internasional mulai panik. PBB menyerukan gencatan senjata. Amerika dan Tiongkok menawarkan mediasi. Tapi sejarah telah mengajarkan: diplomasi sering kali datang terlambat ketika ego nasional sudah dikunci oleh darah dan amarah.

Penutup: Dunia Menahan Napas—-Ketika malam turun di lembah Kashmir, dan bayang-bayang perang nuklir mulai menghantui Asia Selatan, dunia sekali lagi dihadapkan pada kerapuhan peradaban modern: bahwa satu peluru, satu ledakan, bisa menghapus seluruh generasi.

Dan pertanyaan terbesar yang masih bergema:
Apakah ini benar-benar perang melawan teror? Atau ini hanyalah cermin dari kegagalan kita memahami luka sejarah yang belum pernah benar-benar disembuhkan?

-IGM-

12373883853515033601
iklan-e
393933404023790490

Berita Internasional

Pengunjung