Kab.Bekasi –Menjelang Ramadhan, Sabtu(29/3/25) . Sebuah kejadian yang mengejutkan terjadi di Kabupaten Bekasi! Ketua DPD Benteng Perjuangan Nusantara Kabupaten Bekasi mengalami momen penuh kekecewaan saat berusaha menemui Wakil Bupati Bekasi. Bukannya sambutan hangat, justru amplop misterius yang mereka dapatkan!
Ketua relawan tersebut datang dengan penuh semangat ke kediaman Wakil Bupati, berbekal harapan tinggi untuk berdiskusi dan menyampaikan aspirasi. Namun, apa yang terjadi sungguh di luar dugaan! Kedatangan mereka, yang semestinya menjadi pertemuan penting, berubah menjadi drama yang memantik emosi.
“Kami sudah datang dua kali, pertama pagi sekitar pukul 11.00 WIB, tetapi Wakil Bupati tidak ada di rumah. Satpol PP yang berjaga meminta kami untuk kembali di sore hari,” ujar sang relawan, mengenang kembali kejadian tersebut.
Harapan Bertemu Wabup Berujung Kekecewaan
Penuh harapan, relawan tersebut kembali di sore hari sesuai arahan. Namun, lagi-lagi mereka harus menelan kekecewaan! Kali ini, ajudan Wakil Bupati memberi tahu mereka bahwa orang nomor dua di Kabupaten Bekasi itu sedang menerima tamu keluarga.
“Kami datang karena beliau yang mengundang kami! Kami sudah bertemu di acara Ramfest 4.0 di Gedung Juang 45 Tambun, dan saat itu beliau sendiri yang meminta kami datang!” tegas relawan tersebut dengan nada kecewa.
Dan di sinilah drama sesungguhnya dimulai! Bukannya bertemu langsung, relawan tersebut justru diberikan “hadiah tak terduga” oleh ajudan Wakil Bupati—sebuah amplop berisi uang! Alasan yang diberikan? Sebagai ganti transportasi.
Namun, alih-alih menerima, Ketua Relawan tersebut menolaknya dengan tegas. Sikapnya yang lantang langsung mengguncang suasana!
Penolakan Amplop: “Kami Bukan Relawan Bayaran!”
Dengan ekspresi penuh ketegasan, sang Ketua Relawan mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam!
“Maaf, kami bukan di zona itu. No way, ya! Jangan mengukur seseorang dengan ukuranmu! Tidak semua orang bisa diperlakukan seperti yang ada di pikiranmu!” ujarnya dengan nada tajam.
“Uang memang segalanya, tapi uang bukan untuk segalanya! Kalau hanya uang yang kami harapkan, buat apa kami jadi relawan? Kami datang bukan untuk menerima amplop, tapi untuk mencari petunjuk dan arahan agar kami bisa terus bekerja sama dalam pemerintahan beliau!” lanjutnya dengan penuh emosi.
Sontak, suasana pun berubah! Apa yang semula hanya pertemuan biasa, kini menjadi simbol kekecewaan mendalam dari relawan. Mereka telah bekerja keras—siang dan malam, tanpa pamrih! Namun, balasan yang mereka terima hanyalah amplop recehan!
“Jangan habis manis sepah dibuang! Kami tidak butuh sekadar amplop receh yang tidak seberapa! Kami ingin dihargai, diberdayakan, dan dilibatkan dalam pemerintahan, bukan hanya dianggap ada saat dibutuhkan!” ungkapnya dengan suara bergetar.
Relawan Pergi dengan Perasaan Hampa.
Dengan perasaan yang campur aduk, para relawan pun meninggalkan rumah Wakil Bupati Bekasi dengan kepala tegak! Mereka mungkin tak mendapat jawaban, tetapi mereka telah menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa dibeli dengan amplop!
Kini, pertanyaannya menggantung di udara: Apakah perjuangan relawan hanya akan dibayar dengan amplop? Atau akankah pemerintah daerah lebih menghargai kerja keras mereka..??? Hanya waktulah yang akan menjawab!!.
Sumitro LS/IGM