Sidang Paripurna DPRD Kota Depok: Menyambut HUT Ke-26 Kota Depok

tentaraOked
Slide Kegiatan Menyambut HUT Kota Depok Ke 26
Slide Kegiatan Menyambut HUT Kota Depok Ke 26

Depok, 25 April 2025 — Rapat Paripurna DPRD Kota Depok yang digelar pada hari ini, Jumat, 25 April 2025, berlangsung dengan semangat penuh kebersamaan. Sidang yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kota Depok ini dimulai dengan kehadiran sejumlah pejabat terhormat, antara lain Gubernur Jawa Barat yang diwakili oleh Wakil Daerah 3 Administrasi Umum Jawa Barat, Drs. Kusmana Hartadji, Walikota Depok Dr. H. Sofyan, serta berbagai tokoh penting dari Pemda Kota Depok, Kapolres Metro Depok, Dandim 0508, Pengadilan Negeri Depok, Kejaksaan Negeri Depok, serta anggota DPR RI dan DPRD Provinsi Jawa Barat dari daerah pemilihan Kota Depok dan Bekasi.

Sidang paripurna dimulai dengan pembacaan daftar hadir, di mana dari 50 anggota DPRD yang terdaftar, 42 orang hadir, sementara 7 orang tidak hadir. Sesuai dengan Pasal 146 Ayat 3 Peraturan DPRD Kota Depok Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Tertib DPRD, serta hasil rapat Badan Musyawarah pada 26 Juni 2024, rapat paripurna ini dapat dilaksanakan baik secara fisik maupun virtual, dan secara resmi dibuka oleh Ketua DPRD Kota Depok.

Agenda rapat paripurna pada hari ini mencakup beberapa acara penting, mulai dari menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembacaan doa, hingga pembacaan sejarah singkat Kota Depok. Dalam kesempatan tersebut, Walikota Depok juga menyampaikan sambutan:

“Pada tahun 2026, Kota Depok akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat, sebuah kehormatan yang menunjukkan kemajuan kota ini dalam berbagai bidang,” ujar Walikota Depok dalam sambutannya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para atlet Kota Depok, seperti atlet arung jeram Cindy Rasikhah Febrianti yang telah meraih berbagai prestasi, serta atlet dayung yang turut berkontribusi mengharumkan nama Kota Depok. Selain Walikota Depok, sambutan juga diberikan oleh Gubernur Jawa Barat yang diwakili oleh Drs. Kusmana Hartadji.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran sejarah kota, dalam acara ini dibacakan juga sejarah singkat Kota Depok yang terbagi dalam beberapa fase. Sejarah ini dimulai dari penemuan benda bersejarah dari zaman prasejarah hingga masa Kerajaan Pajajaran yang diperintah oleh Prabu Siliwangi pada akhir abad ke-15.

Kota Depok, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang berakar pada masa penjajahan Belanda. Dahulu, Depok merupakan sebuah daerah pertanian dan perkebunan yang subur, yang dikenal dengan nama De Stad Depok. Nama “Depok” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti “tempat untuk beristirahat” atau “tempat yang nyaman”. Sejarah ini mencakup berbagai fase yang membentuk identitas kota ini hingga saat ini.

Berawal dari zaman prasejarah, wilayah ini telah dihuni sejak ribuan tahun yang lalu. Penemuan berbagai benda bersejarah seperti menhir, gagang golok, punden berundak, sumur Bandung, kapak persegi, pahat batu, serta panji batu dan beliung batu, memberikan bukti bahwa Depok adalah saksi kehidupan manusia purba. Peninggalan-peninggalan ini menunjukkan adanya peradaban yang berkembang di wilayah ini pada zaman megalitikum dan neolitikum.

Pada abad ke-15, Depok menjadi bagian dari Kerajaan Pajajaran yang diperintah oleh Prabu Siliwangi. Wilayah Depok yang terletak sekitar 13 km sebelah utara Kerajaan Muara Beres menjadi tempat strategis dalam perjalanan sejarah, terutama dalam pertempuran antara Pajajaran dan tentara Jayakarta. Pengaruh Islam mulai masuk ke Depok setelah tahun 1527, seiring dengan perlawanan Banten terhadap VOC. Sejak itu, Depok menjadi jalur penting bagi hubungan Banten, Cirebon, dan Batavia (sekarang Jakarta). Di sekitar kawasan Depok dan Sawangan, banyak ditemukan peninggalan-peninggalan tentara Banten, seperti senjata-senjata kuno yang menjadi bukti perlawanan mereka terhadap VOC. Salah satu tempat bersejarah yang ditemukan di Depok adalah Keramat Beji, yang dipercaya sebagai tempat pertemuan antara pasukan Banten dan Cirebon, serta lokasi latihan bela diri dan pendidikan agama pada masa itu. Nama “Depok” kemungkinan besar berasal dari padepokan Beji ini.

Pada masa kolonial, Depok dan wilayah Bogor menjadi bagian dari kekuasaan VOC setelah perjanjian dengan Sultan Haji dari Banten pada 17 April 1684. Perjanjian ini menjadikan Sungai Cisadane sebagai batas wilayah antara Kesultanan Banten dan VOC. Pada masa ini, Depok mulai berkembang sebagai pemukiman, dengan masyarakat Kristen Protestan pertama kali menetap di wilayah ini. Dengan berjalannya waktu, Depok menjadi wilayah yang dikelola secara sipil oleh pemerintah Hindia Belanda, yang pada akhirnya berkembang menjadi kota yang kita kenal sekarang.

Depok terus berkembang, dan saat ini, Kota Depok memiliki rencana besar untuk menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat pada tahun 2026, yang akan menambah prestise kota ini di kancah provinsi dan nasional.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Depok masih merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Seiring waktu, Depok mengalami perkembangan pesat, terutama setelah berdirinya sejumlah infrastruktur seperti jalan raya dan jalur kereta api yang menghubungkannya dengan Jakarta. Pada 20 April 1999, Depok resmi memisahkan diri dari Kabupaten Bogor dan menjadi sebuah kota administratif, yang kemudian pada 2000-an diubah statusnya menjadi kota otonom.

Seiring dengan kemajuan zaman, Depok telah berkembang menjadi kota modern yang masih mempertahankan beberapa nilai budaya dan sejarahnya, menjadikannya tempat yang penuh dinamika dan kehidupan.

Rapat Paripurna ini ditutup dengan pemotongan tumpeng, simbol penghormatan dan kebersamaan, yang diberikan kepada seluruh unsur Muspida yang hadir. Dengan kelancaran rapat ini, diharapkan semangat kebersamaan yang terpancar dan komitmen yang semakin kokoh akan membawa kemajuan yang nyata bagi Kota Depok di masa depan.

IGM & Team Reporter

12373883853515033601
iklan-e
393933404023790490

Berita Internasional

Pengunjung