“Rumah Kayu Masa Depan: Revolusi CLT dari Jakarta untuk Dunia”

tentaraOked
Direktur Teknik Gijs Van Seggelen PT.Hira Utama Group.
Pada Pameran MegaBuild di JICC, Senayan.
Direktur Teknik Gijs Van Seggelen PT.Hira Utama Group. Pada Pameran MegaBuild di JICC, Senayan.

Jakarta(24/042025) – Di tengah gemuruh pembangunan kota-kota besar, di mana beton dan baja mendominasi cakrawala, sebuah inovasi senyap namun menjanjikan mulai mencuri perhatian. Dari sebuah pabrik modern yang berdiri di pinggiran ibu kota, lahir teknologi konstruksi yang menjanjikan masa depan berbeda—lebih hijau, lebih cepat, dan lebih manusiawi. Teknologi itu bernama Cross-Laminated Timber (CLT).

Bukan sekadar gaya baru dalam membangun, CLT adalah manifestasi dari mimpi: membangun rumah yang tak hanya kuat menahan gempa, tetapi juga membangun harapan baru akan kelestarian alam. Dengan menyusun lapisan-lapisan kayu tipis secara menyilang, teknologi ini menciptakan panel yang memiliki kekuatan struktural luar biasa. Bayangkan dinding yang sekokoh beton, namun terasa hangat, bernapas, dan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.

Gijs Van Seggelen, direktur Teknik perusahaan yang menggagas teknologi ini di Indonesia, tak bisa menyembunyikan antusiasmenya. Kami tidak hanya menawarkan rumah, kami menawarkan pilihan hidup. Pilihan untuk tinggal di hunian yang dibangun dengan kesadaran, bukan hanya efisiensi,” ucapnya di hadapan para jurnalis saat pameran di Jakarta International Convention Center(JICC) Senayan.

Melawan Waktu, Menantang Risiko

Keunggulan CLT terletak pada proses konstruksinya yang revolusioner. Di tengah tantangan global berupa perubahan iklim dan kebutuhan akan pembangunan yang lebih cepat, CLT menjawab keduanya. Rumah dapat dibangun dalam hitungan minggu, berkat panel yang telah dipotong dan disusun di pabrik secara presisi. Tidak ada lagi kemacetan di lokasi proyek, tidak ada limbah konstruksi berserakan, dan lebih penting lagi—semua proses ini mengurangi emisi karbon secara signifikan.

Lebih dari sekadar efisiensi, CLT juga menjawab kekhawatiran besar masyarakat Indonesia: risiko gempa bumi. Dalam serangkaian uji coba, rumah berbasis CLT terbukti mampu bertahan dalam simulasi gempa besar. Struktur kayunya yang fleksibel namun kuat membuat bangunan tidak mudah runtuh, memberikan waktu berharga bagi penghuni untuk menyelamatkan diri.

Kayu Akasia: Pahlawan Tak Terduga

Menariknya, perusahaan ini tidak menggunakan sembarang kayu. Mereka memilih kayu akasia, jenis yang selama ini kurang mendapat sorotan dalam industri konstruksi. Akasia tumbuh cepat, mudah diperoleh, dan memiliki kekuatan alami yang sangat baik. Penggunaannya dalam CLT bukan hanya strategi ekonomi, tetapi juga ekologi—karena artinya lebih sedikit pohon tua yang harus ditebang demi membangun satu rumah.

“Setiap panel CLT dari kayu akasia adalah wujud dari filosofi kami: rumah harus tumbuh dari kehidupan, bukan menghancurkannya,” ujar salah satu insinyur proyek saat ditemui di lokasi produksi.

Mimpi Rumah Layak yang Nyata

Di tengah krisis perumahan yang melanda hampir semua kota besar di Indonesia, CLT menjadi alternatif nyata. Teknologi ini menekan biaya tanpa mengorbankan kualitas. Untuk pasangan muda, keluarga baru, atau bahkan komunitas yang ingin membangun permukiman mandiri, CLT menawarkan sesuatu yang sebelumnya hanya ada dalam wacana akademik: rumah berkualitas tinggi yang tetap terjangkau.

Lebih dari itu, CLT mengembalikan nilai spiritual dalam proses membangun rumah—bahwa rumah bukan sekadar tempat berteduh, tetapi ruang untuk tumbuh, untuk pulang, dan untuk merasa aman dalam setiap guncangan, baik yang berasal dari bumi maupun dari kehidupan itu sendiri.

Melampaui Tren, Menjadi Gerakan

Kini, ketika pemerintah mulai mendorong praktik bangunan berkelanjutan, teknologi seperti CLT bisa jadi ujung tombak gerakan hijau nasional. Perusahaan pelopor ini telah menggandeng beberapa arsitek dan pengembang untuk mulai membangun prototipe hunian di berbagai daerah, dari kawasan pesisir hingga wilayah rawan bencana.

Dan siapa sangka, dari kayu yang tumbuh dalam hitungan tahun, masa depan hunian Indonesia mungkin sedang dibentuk. Bukan oleh kemegahan gedung pencakar langit, tetapi oleh kesederhanaan dan kecerdasan alam.

IGM & Team Reporter

 

12373883853515033601
iklan-e
393933404023790490

Berita Internasional

Pengunjung